Sebagai anak bungsu di keluarga, aku
selalu dimanjakan oleh kedua orang
tuaku termasuk kakak perempuanku
satu – satunya. (Kami hanya 2 bersaudara) Bisa dibilang hampir
semua keinginanku dapat terpenuhi.
Suatu hari kakakku membawa seorang
lelaki untuk diperkenalkan ke kedua
orang tua kami. Mereka berdua
ternyata berencana untukmenikah.
“John ya?” Katanya. “Andy nih, calon
kakak ipar loe. Hehehe.” Terus terang
selama ini ketika kakakku membawa
seorang teman pria aku tidak pernah
merasa nyaman karena aku tidak ingin
kehilangan kakakku, lebih tepatnya
‘membaginya’. Kakakku adalah teman
terbaik dan juga terdekat, mana
mungkin aku mau kehilangannya. Tapi
kali ini berbeda. Entah mengapa ketika
ia membawa Andy datang, aku
merasa bukan hanya ingin disayang
oleh kakakku tetapi juga olehnya.
Akhirnya pikiranku setiap hari
melayang membayangkan akan
dirinya dan menjadi objek fantasiku.
Pernah suatu saat ketika mereka
berdua pulang kehujanan, Andy
disuruh mandi oleh ayahku. Gleg,
seketika ada perasaan deg – degan
dan nekad untuk mengintip saat ia
mandi. Tidak lama setelah ia masuk ke
kamar mandi di kamar kakakku yang
juga berhubung dengan kamarku, aku
langsung ke pintu beranda dan
memanjat tembok untuk menyaksikan
live show yang sudah aku tunggu
selama ini. Badannya yang bidang
dengan bulu bulu halus di dada yang
turun ke arah penis. Ia melihat
tubuhnya di kaca sambil mengangkat
lengannya dimana dapat kulihat bulu
ketiak yang lebat. Sepertinya ia sedang
meregangkan badan. Aku piker ia
langsung membuka celananya tetapi
tidak. Ia memainkan kedua pentilnya
yang berwarna coklat gelap sambil
menutup mata dan mengerang kecil.
Tidak lama, ia mulai menurunkan
celana dengan satu tangan. Terlihatlah
celana dalam brief berwarna biru.
Penisnya yang sudah ngaceng tercetak
dengan jelas. “Besar banget
kontolnya,” Kataku dalam hati. Aku
mulai merasakan sedikit basah dari
celana dalam yang kukenakan.
Tangannya terus bermain di pentil
coklatnya dan mulailah ia menurunkan
celana briefnya. Panjang, kecoklatan
dengan diameter yang besar. Aku
menelan air ludahku setelah melihat
pemandangan indah ini. Ia langsung
buang air kecil dan tidak lama kulihat
penisnya sudah mulai tertidur. Air
mengalir membasahi tubuhnya yang
fit. Ia mengambil sabun dan
membersihkan tubuhnya, penisnya dan
pantatnya yang bulat. “Argh, andai
dapat kuraba pantat itu. Pasti keras
sekali.” “Dy, jangan terlalu lama ya?
Papa, mama sudah menunggu untuk
dinner.” Jelas kakakku. Ia langsung
buru – buru menyelesaikan mandinya.
Suatu hari kedua orang tuaku hendak
berlibur keluar negeri. Kakakku juga
ikut bersama mereka. Tadinya aku
dijadwalkan untuk pergi d hari yang
sama tetapi karena aku masih ada
tugas yang harus diselesaikan maka
aku menunda kepergianku selama
beberapa hari. “Dy, nanti kalau aku
pergi, kamu temenin John dulu ya?
Kasian dia gak ada yang nemenin,”
Jelas kakakku. “Gak usah lah, kak.
Sendirian juga bisa kok.” Jawabku
dengan berani walau sebenarnya ingin
ditemeni olehnya dan mengintipnya
kembali saat ia mandi. “Gak pa pa lah,
John. Aku juga pas gak ada kerjaan
ini.” Akhirnya pas hari mereka
berangkat tinggalah kami berdua di
rumah. Yang aku suka juga dari Andy
adalah ia juga anak bungsu yang ingin
sekali punya adik. (Tapi tidak diberi
berbuhung mereka saja sudah 5
bersaudara) Pantes saja kakakku
senang sama yang ini. Andy itu tipe
yang penyayang sih. Kita berdua main
game semalaman sampai aku ngantuk.
“Tidur disini aja deh, Dy, biar sama –
sama daripada sendirian di kamar lain,”
Kataku dengan suara yang memelas.
Ia setuju. Tidak lama setelah aku pura
pura tidur dan ia tertidur, aku langsung
memeluknya dari belakang. Tidak ada
reaksi darinya. Aku langsung
menambah aksinya. Aku
menempelkan badanku seluruhnya ke
punggung belakang Andy. Sesaat
penisku mulai ereksi. Andy menoleh ke
belakang dan aku langsung terkejut
dan pura – pura tertidur. Ia hanya
tersenyum dan berkata, “Kamu suka
ya, John?” Katanya dengan lembut.
“Mau pura – pura tidur?” Tanyanya
sambil berbisik di kupingku. Aku
membuka mataku. “Aku tahu kamu
selalu mengintipkan setiap kali aku
mandi.” “Ha?” Kagetku. “Aku tahu kok
kalau kamu selalu mengintip pas aku
mandi. Kamu suka ya?” Tanyanya.
“Please jangan kasih tau siapa siapa
ya? Please….”Mohonnya. “Ya lah. Kamu
tenang aja. Aku rasa adil dong kalau
aku….lihat tubuhmu” Jelasnya sambil
mulai meraba tubuhku. Aku sedikit
terkejut dengan yang ia lakukan,
namun tak mau melepaskan
kesempatan ini. “Boleh aja, tapi kamu
yang bukain.” Manjaku. Ia pun
langsung membuka bajuku. “Gak
nyangka badan kamu bagus juga ya?
Kirain yang gak berbentuk.” Ledeknya.
“Enak aja. Gini – gini sering latihan nih.”
Sambil meraba dada dan pentilku,
tangan yang satunya berusaha
menurunkan celanaku. Aku
membantunya. “Dah ngaceng tuh
John.” “Ya nih. Digodain ama kamu
terus sih.” “Loh kok ama aku? Kamu
horny lihat aku ya?” Tanyanya
langsung. Mukaku langsung memerah
dan kujawab, “Kalo iya kenapa?” Aku
langsung memegang kontolnya yang
masih ditutup oleh celana
tidurnya.“Nah tuh. Kamu juga dah
ngaceng. Aku buka ya?” “Kamu nakal
deh.” Katanya. “Tapi kamu suka kan?”
Ia seketika langsung mencium bibirku.
Aku jelas membalas ciuman ‘panas’
pertamaku dengan lelaki. “Enak ya,
John?” “Iya, mau lagi dong.” Ia mulai
menciumku kembali dan aku mulai
membuka bajunya dan menurunkan
celana yang ia kenakan. Kontol keras
itu kini kugenggam dan kumainkan.
Akhirnya. “Gimana rasanya setelah
selama ini cuma lihat doang?”
Tanyanya. “Enak banget. Besar dan
keras gini.” “Kamu…mau isep
punyaku?” “Aku terus terang gak tahu
caranya gimana. Aku masih belum
pernah sama sekali.” Jelasku. Ia seakan
tidak percaya dan bertanya, “Kamu
belum pernah? Sama sekali? Jangan –
jangan masih perawan juga lagi.” “Kalo
iya, kenapa? Mangkanya ajarin dong.
Dan aku cuman mau diajarin ama
kamu juga.”Jawabku dengan manja. Ia
lalu langsung menuju ke penisku,
mengamatinya dan ketika aku
menidurkan kepalaku di bantal (karena
bosan terlalu lama nunggu. Kirain mau
ngisep tapi cuman ngeliat doang) ia
langsung menghisap dengan cepat.
Aku terkejut dan langsung melihatnya.
Ternyata saat itu yang ia tunggu.
“Arrgh, geli banget, Dy.” Ia tidak
menghiraukan omonganku dan terus
melanjutkan aksinya. Sambil
menghisap, ia memainkan kedua bijiku
sambil sesekali mencambak jembutku.
Setelah memainkan ia juga
memainkan bijiku dengan lidahnya. Ia
mulai naik ke perutku, ke pentilku, ke
ketiakku dan menciumku kembali.
“Enak gak?” Tanyanya. Kini giliran aku
yang tidak menjawab. Aku langsung
menciumnya dan memainkan
pentilnya. Setelah sekian lama
mengintip ia mandi dan sering melihat
ia memainkan pentilnya, aku
mengetahui bahwa itu adalah g-spot
nya yang paling ‘maknyus’. Sambil
menghisap pentilnya yang lama, aku
memainkan kontolnya yang besar itu.
Kontolnya memang tidak sepanjang
punyaku tetapi sangat lebar. Inilah
kontol yang kusuka dari yang pernah
kulihat. Seperti sangat pas di mulut.
“Arh, John. Hisapanmu hebat banget.”
Ketika aku ingin menuju ke penisnya,
ia memintaku untuk terus memainkan
pentilnya. “Nanti ya, Dy. Aku mainin
semalaman deh setelah aku cobain
kontol kamu.” Ia hanya mengangguk.
Awalnya aku agak ragu karena aku
tidak tahu bagaimana dan tidak
terpikirkan rasanya menghisap kontol.
Pas di dalam mulutku akupun terasa
ingin muntah. Ia bilang jangan dipaksa
dan kemudian bertanya apa aku
mempunyai permen. Aku pun
mengeluarkan permen caramel yang
setelah memakan permen, kontolnya
pun aku ‘makan’. “Hmm, enak kan?
Arh, enak banget hisapanmu.” Ia
berkomentar ambilmenarik kedua
tanganku untuk memainkan pentilnya.
Aku juga mencoba untuk menjilati
bijinya sama seperti yang ia lakukan.
Setelah aku kembali meciumnya, aku
berbagi permen yang tersisa di
mulutku. “Kamu mau coba yang lain?”
Tanyanya. “Coba apa?” Iamengelus
punggung belakang sambil mulai
meraba lubangku. “Aku mau, Dy. Tapi
aku belum pernah sama sekali.” “Gak
pa pa. aku bakal pelan pelan kok.
Kamu ada lotion?” Aku kemudian ke
lemari dan mengambil gel durex. Ia
kaget ketika aku memiliki barang
sepertiini. “Kenapa? Pas ngocok kan
gua juga pake. Hehehe.” Ia
membaringkan tubuhku dan aku
mengangkat kedua kakiku ke atas.
Setelah mengolesi jarinya, ia lalu
mengolesi lubangku. “Jangan ditahan
ya, John. Relax aja. Jangan tegang.”
Pelan pelan 1 jari ditembusnya. 2 jari.
Dan pas saat 3jari, aku bilang
kepadanyakalau aku kesakitan. Ia
mulai dengan 2 jari lagi dan kembali 3
jari. Ia lalu datang menindihku dan
menciumku. “John, aku mau masukin
ya. Tenang aja, aku pelan pelan kok.
Kalau sakit bilang saja.” Aku hanya
mengangguk. Entah aku harus
bagaimana. Dari yang kudengar
rasanya untuk awal memang sakit tapi
ada juga yang bilang enggak kalau
pasangan tahu untuk tidak kasar. Pas
menciumku, aku merasakan kepala
kontolnya menyentuh dinding
keperawanku. (Untuk kontol sih masih
perawan.) Sedikit kontolnya mulai
masuk. Aku langsung kaget dan
merasakan sedikit sakit. Ia mulai
mendorong penisnya kembali. Tidak
sakit. Pas batang kontolnya masuk ¾
aku langsung tegang dan merasakan
sakit. “Dy, sakit. Dy…” “Tenang aja,
John. Enggak kok.” Ia terus
memasukan kontolnya dan lalu
memompanya. “Arh, sakit, Dy.” “Hm,
tenang sayang. Tapi enak kan?” Ia
memanggilku dengan sayang. Walau
terasa sakit tapi jadi enak. “Iya, Dy,
enak….ahh, terusin dong. Please…”
Pintaku. Kontolku yang sudah tertidur
mulai dikocok olehnya dengan
ludahnya. “Ohhh….yeah……Oh…enak
banget, Dy. I love you, Dy.” “I love you
too honey. Enakan aku masukin?
Arhhh…. Enak gak aku perawanin?”
“Enak banget. Ehmm, terusin, Dy.”
Kataku sambil memainkan pentilnya.
Ternyata yang kulakukan membuatnya
cepat ejakulasi. “John, aku keluarin ya.”
Ia lalu mengeluarkan kontolnya dari
lubangku dan mengocok di depan
mukaku. Pejunya berhamburan dimana
mana. Hampir dadaku dimandikan oleh
pejunya yang hangat, dan mengalir ke
penisku yang ngaceng. Ia lalu
memberikan ciuman yang hangat.
“John, gimana? Enak gak?” Andy
bertanya. “Enak banget. Tapi aku
belum puas nih. Aku kan belum
keluarin.” Ia lalu mengocok penisku
yang sudah basah dengan pejunya.
Setelah menegang dengan keras, Andy
bertanya, “John, kamu mau coba
masukin aku? Aku tuntun kamu deh. ”
Dengan keraguan aku mengiyakan
keinginannya sekaligus juga ingin
menjadi miliknya dengan utuh. Ia
tiduran dan sambil mengocok penisku
dengan tangan yang satu, tangan yang
satunya mengolesi lubangnya dengan
gel. “Ayo, John. Berikan kontolmu.
Berikan keperjakaanmu padaku.”
www.ceritagay.uiwap.com
Katanya. Mendengar seperti itu, aku
langsung ereksi dengan kuat. “Pelan –
pelan aja ya.” Tambahnya. Ketika
hendak masuk ke dalamnya, aku
menatapnya sama seperti ketika ia
menatapku tadi. Setelah masuk sedikit
(cukup mudah sih), aku pikir bisa
langsung dan dengan cepat aku
langsung memasukan penisku.
“Arrrrrhhhh…. Sakit banget, John. Pelan
pelan….pelan pelan……” Jelasnya
langsung. Aku langsung kaget dan
ingin mencabut kontolku keluar. Ia
malah menahannya. “Enggak pa pa…
sekarang pelan pelan ya. Lalu masukin
ke dalam dan keluar ya.” Aku
memompas penisku dengan pelan
seperti yang ia perintahkan. Sambil
memompas, aku kembali mengocok
penisnya yang tertidur (mungkin
karena kaget pas aku masukin dengan
cepat) sambil menghisap pentilnya.
“Ehmm, enak banget. Kamu hebat
banget, John. Ahh, terusin sayang.”
“Aku mau keluar, Dy. Dah enggak
tahan nih.” Pas aku hendak
mengeluarkan penisku, ia menahan
tubuhku. “Keluarin di dalem aja, John.
Aku mau peju kamu di dalam aku.”
“Aku….keluar ya. Arrhhh…” Akhirnya
aku keluar di dalemnya. Aku melihat
mukanya yang merah.Dengan penis
yang masih tertanam di lubang
kehangatanya, kami berciuman.
Penisku yang sudah lemas keluar dari
lubangnya. “John,tolong ambilin tissue
dong.” Setelah mengambilnya ia
menaruh di lubangnya. Terlihatlah
pejuku keluar dari lubang dengan
cairan merah yang kupikir adalah
darah. Aku panic melihat darah di
pejuku. “Kenapa? Kaget ya ada darah?
Tenang aja. Itu bukan darah dari peju
kamu kok. Itu darah ‘perawan’ aku
yang kamu ambil. Hahaha.” Jawabnya
sambil tertawa. Katanya itu terjadi
karena ketika ia belum cukup
‘pemanasan’ danaku memasukan
dengan keras dan langsung. Setelah itu
kami bilas bersama. Kami kemudian
tiduran dengan sambil berpelukan. Ia
bercerita kalau ternyata ia bisex dan
pernah menjalin hubungan dengan
beberapa lelaki, tetapi untuk wanita,
kakakku lah yang pertama. Aku tidak
pernah mengharapkan apapun karena
ia adalah milikku tapi 1 yang aku minta
agar dia tidak dengan lelaki lain
setelah ia menikah nanti. Ia setuju dan
memang itu rencananya, dan bahkan
ia memang sudah tidak ada hubungan
dengan lelaki manapun sejak jadian
dengan kakakku. setelah puas
mengobrol sana sini, akhirnya kami
kembali melakukan sex hingga pagi
hari. 3 – 4 ronde kami lalui dengan
puas. Kami pun masih sering
melakukan hubungan sex terutama
saat kakakku hamil. Setelah punya 2
anak pun kami masih melakukannya
walau tidak sering. Ya, untuk melepas
rindu. Lelaki lain jelas ia tidak punya.
Kalau aku, bisa dibilang bukan sekedar
lelaki lain kan? Akhirnya bukan hanya
sekedar semalam dan sekali saja,
tetapi seterusnya.
www.ceritagay.uiwap.com